Sabtu, 20 Agustus 2011

KONTRASEPSI DENGAN AKDR




(Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

Sejarah
            Memasukkan benda-benda atau alat-alat ke dalam uterus untuk tujuan mencegah terjadinya kehamilan, telah dikenal sejak zaman dahulu kala. Penggembala-penggembala  unta bangsa Arab dan Turki beradab lamanya melakukan cara ini dengan memasukkan batu kecil yang bulat dan licin ke dalam alat genital unta mereka, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dalam perjalanan jauh. Tulisan ilmiah tentang AKDR untuk pertama kali dibuat oleh Richter dari polandia pada tahun 1909. Pada waktu itu ia mempergunakan bahan yang dibuat dari benang sutera. Granvenberg pada tahun 1928 melaporkan pengalamannya dengan AKDR yang dibuat dari benang sutera yang dipilin dan diikat satu sama lain, sehingga berbentuk bintang bersegi enam. Kemudian, bahan pengikatnya ditukar dengan benang perak yang halus agar dapat dengan mudah dikenali dengan sonde uterus atau dengan sinar roentgen. Oleh karena AKDR bentuk segi enam ini mudah sekali keluar, maka kemudian ia membuatnya dalam bentuk cincin dari perak. Ia melaporkan angka kehamilan pada AKDR dari cincin perak ini hanya 1,6% diantara 2000 kasus. Usaha-usaha Gravenberg ini banyak sekali mendapat tantangan dari dunia kedokteran pada waktu itu, oleh karena dianggap memasukkan benda asing ke dalam rongga uterus dapat menimbulkan infeksi berat, seperti salpingitis, endometritis, parametritis, dan lain-lain.
            Ota dari jepang pada tahun 1934 untuk pertama kalinya membuat AKDRdari plastic yang berbentuk cincin. Mula-mula ia membuat AKDR dari cincin yang dibuat dari benang sutera yang dipilin, kemudian dari logam yang mudah dibengkok-bengkokkan. Oleh karena sukar memasang cincin logam ini, maka ia kemudian membuat cincin dari plastic.
            Oppenheimer dari Israel dan Ishihama dari jepang pada tahun 1959 menerbitkan tulisan-tulisan tentang pengalaman mereka dengan AKDR. Sejak tulisan-tulisan itu dan dengan ditemukannya antibiotika yang mengecilkan risiko infeksi, penerimaan AKDR makin meningkat, antara tahun 1955 dan 1964 bermacam-macam bentuk AKDR diciptakan, antara lain Margullies spiral, Zipper, Lippes loop, Birnberg bow, cincin Hall-Stone. Di Indonesia AKDR telah dipergunakan secara umum dalam program keluarga berencana, AKDR yang mula-mula dipakai ialah jenis Lippes loop, yang pada waktu itu di sponsori oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).
            Pada tahun enam puluhan mulai dilakukan penyelidikan terhadap AKDR yang mengandung bahan-bahan seperti tembaga, seng, magnesium, timah, progesterone, dan lain-lain. Maksud penambahan itu ialah untuk mempertinggi efektivitas AKDR. Penyelidikan AKDR jenis ini, yang diberi nama AKDR bioaktif, sampai sekarang masih berlangsung terus.
Mekanisme kerja AKDR
            Sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti. Kini pendapat yang terbanyak ialah bahwa AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma. Pada pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali dijumpai pula sel-sel makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa.
            Kar dan kawan-kawan selanjutnya menemukan sifat-sifat dan isi cairan uterus mengalami perubahan-perubahan pada pemakai AKDR, yang menyebabkan blastokista tidak  dapat hidup dalam uterus, walaupun sebelumnya terjadi nidasi. Penyelidik-penyelidik lain menemukan sering adanya kontraksi uterus pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi nidasi. Diduga ini disebabkan oleh meningkatnya kadar prostaglandin dalam uterus pada tersebut.
            Pada AKDR bioaktif mekanisme kerjanya selain menimbulkan peradangan seperti pada AKDR biasa, juga oleh karena ion logam atau bahan lain yang melarut dari AKDR mempunyai pengaruh terhadap sperma. Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif adalah ion logam tembaga (Cu), pengaruh AKDR bioaktif dengan berkurangnya konsentrasi logam makin lama makin berkurang. Secara singkat cara kerjanya,
·         Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
·         Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
·         AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.
Jenis-jenis AKDR
            Sampai sekarang telah terdapat berpuluh-puluh jenis AKDR, yang paling banyak digunakan dalam program keluarga berencana di Indonesia ialah AKDR jenis Lippes loop. AKDR dapat dibagi dalam bentuk yang terbuka linear dan bentuk tertutup sebagai cincin. Yang termasuk dalam golongan bentuk terbuka dan linear antara lain adalah Lippes loop, Saf-T-coil, multiload 250, Cu-7, Cu-T, Cu T 380 A, Spring coil, Margulies spiral dan lain-lai, sedang yang termasuk dalam golongan bentuk tertutup dengan bentuk dasar cincin antara lain adalah Ota ring, Antigon F, Ragab ring, cincin Gravenberg, cincin Hall-Stone, Birnberg bow, dan lain-lain.
http://2.bp.blogspot.com/-7uzx6dMhPpc/TZRaYHMLr9I/AAAAAAAAAD8/adAbcGtYbII/s320/IUD.jpg
Keterangan : a. Lippes-Loop, b. Saf-T-Coil, c. Dana-Super, d. Copper-T (Gyne-T), e. Copper-7 (Gravigard), f. Multiload, g. Progesterone IUD





Jenis – jenis AKDR (IUD)
1. Menurut bentuknya AKDR (IUD) dibagi menjadi:
·         Bentuk terbuka (open device), misalnya Lippes Loop,Cupper-T, Cupper-7,Margulies, Spring Coil, Multiload, Nova-T, dan lain-lain.
·         Bentuk tertutup (closed device), misalnya Ota Ring, Antigon, Grafenberg ring,Hall-stone ring, dan lain-lain.
2. Menurut tambahan obat atau metal IUD dibagi menjadi:
·         Medicated IUD, misalnya Cupper-T-200, Cupper-T-220, Cupper-T-300, Cupper-T-380A, Cupper-7, nova-T, ML-Cu 250, , ML-Cu 375, dan lain-lain.
·         Unmedicated IUD, misalnya Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon, dan lain-lain.
a. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T yang baru. IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal lima tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan amenorhea.
b. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.
c. Multi Load
IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.
d. Lippes Loop
IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik. Yang banyak dipergunakan dalam program KB masional adalah IUD jenis ini.
Efektifitas
IUD sangat efektif, (efektivitasnya 92-94%) dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun. Nova T dan Copper T 200 (CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun. Cu T 380A dapat untuk 8 tahun . Kegagalan rata-rata 0.8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.
Indikasi
Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut peranakan masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada akhir haid. Yang boleh menggunakan IUD adalah:
·         Usia reproduktif
·         Keadaan nulipara
·         Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
·         Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
·         Setelah melahirkan dan tidak menyusu
·         Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi• Risiko rendah dari IMS
·         Tidak menghendaki metoda hormonal
·         Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
·         Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
·         Perokok
·         Gemuk ataupun kurus
Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah dilatih secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan satu minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulan berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali.

Kontra indikasi
Yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah
1.      Belum pernah melahirkan
2.      Adanya perkiraan hamil
3.      Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim.
4.      Perdarahan vagina yang tidak diketahui
5.      Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
6.      Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septic.
7.      Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat mempengaruhi kavum uteri.
8.      Penyakit trofoblas yang ganas.
9.      Diketahui menderita TBC pelvic.
10.  Kanker alat genital
11.  Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
Keuntungan
Menurut Dr David Grimes dari Family Health International di Chapel Hill, Carolina Utara, seperti dikutip News yahoo, dokter sering kali melupakan manfaat IUD dalam pengobatan endometriosis. Laporan tersebut diungkapkan dalam pertemuan di The American College of Obstetricians and Gynecologist, New Orleans. David mengatakan, IUD mampu mengurangi risiko kanker endometrium hingga 40 persen. Perlindungan terhadap kanker ini setara dengan menggunakan alat kontrasepsi secara oral.
Ø  Sangat efektif. 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan). Pencegah kehamilan jangka panjang yang AMPUH, paling tidak 10 tahun
Ø  IUD dapat efektif segera setelah pemasangan
Ø  Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)
Ø  Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih nyaman karena rasa aman terhadap risiko kehamilan
Ø  Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
Ø  Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu menyusui – tidak mengganggu kualitas dan kuantitas ASI
Ø  Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
Ø  Dapat digunakan sampai menopause
Ø  Tidak ada interaksi dengan obat-obat
Ø  Membantu mencegah kehamilan ektopik
Ø  Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur
Kerugian
Setelah pemasangan, beberapa ibu mungkin mengeluh merasa nyeri dibagian perut dan pendarahan sedikit-sedikit (spoting). Ini bisa berjalan selama 3 bulan setelah pemasangan. Tapi tidak perlu dirisaukan benar, karena biasanya setelah itu keluhan akan hilang dengan sendrinya. Tetapi apabila setelah 3 bulan keluhan masih berlanjut, dianjurkan untuk memeriksanya ke dokter. Pada saat pemasangan, sebaiknya ibu tidak terlalu tegang, karena ini juga bisa menimbulkan rasa nyeri dibagian perut. Dan harus segera ke klinik jika:
ü  Mengalami keterlambatan haid yang disertai tanda-tanda kehamilan: mual, pusing, muntah-muntah.
ü  Terjadi pendarahan yang lebih banyak (lebih hebat) dari haid biasa.
ü  Terdapat tanda-tanda infeksi, semisal keputihan, suhu badan meningkat, mengigil, dan lain sebagainya.
ü  Pendeknya jika ibu merasa tidak sehat.
ü  Sakit, misalnya diperut, pada saat melakukan senggama. Segeralah pergi kedokter jika anda            menemukan     gejala-gejala    diatas.

Efek    Samping         dan      Komplikasi
ü  Efek    samping           umum  terjadi:
perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit.
ü  Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
ü  Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
ü  Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan
ü  Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP dapat         memicu            infertilitas
ü  Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan IUD
ü  Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari
ü  Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas
ü  Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan)
ü  Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD mencegah kehamilan normal
ü  Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.






Waktu            Pemasangan
Pemasangan IUD sebaiknya dilakukan pada saat:
ü  2 sampai 4 hari setelah melahirkan
ü  40 hari setelah melahirkan
ü  Setelah terjadinya keguguran
ü  Hari ke 3 haid sampai hari ke 10 dihitung dari hari pertama haid
ü  Menggantikan metode                        KB      lainnya

Waktu Pemakai Memeriksakan Diri
ü  1 bulan pasca pemasangan
ü  3 bulan kemudian
ü  Setiap 6 bulan berikutnya
ü  Bila terlambat haid 1 minggu
ü  Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya