Kamis, 15 Maret 2012

Metode perencanaan jenis kelamin bayi


METODE PERENCANAAN JENIS KELAMIN ANAK


A.  Pendahuluan
”Anak laki-laki atau perempuan sama saja”. Ternyata tidak selalu dapat diterima. Mempunyai anak dengan jenis kelamin tertentu pada beberapa suku bangsa di Indonesia merupakan suatu kehormatan, kalau tidak dikatakan sebagai keharusan.
Suku Batak menghendaki Ucok alias laki-laki agar dapat membawa nama marganya. Demikian pula untuk suku Jawa, sebaliknya bagi suku Minangkabau mempunyai anak wanita lebih berharga karena menganut sistem Matriachart. Demikian juga dengan bangsa Cina, Arab dan lain-lain yang lebih mengutamakan anak laki-laki.
Berbagai cara telah dicoba melalui pemilihan makanan, saat berhubungan seks, maupun sistim asam basa, bahkan yang berbau semi ilmiah yaitu dengan kalender Cina, namun tidak jarang anak lahir bukan dengan jenis kelamin yang diinginkan. Penentu jenis kelamin janin, sebenarnya adalah pihak pria, apakah yang membuahi sperma x ataukah y, jika sperma x yang lebih suka pada suasana asam, maka janinnya perempuan dan sebaliknya.


B.  Jumlah wanita lebih banyak dari pria, mengapa?
Penelitian oleh Royal Society Journal of Biological Sciences menunjukkan bahwa kehidupan modern yang memilih diet rendah kalori, mangakibatkan menurunnya properti bayi laki-laki di banyak negara.
Dalam risetnya para ahli 740 wanita Inggris yang baru pertama kali hamil dan diminta memberi informasi kebiasaan makan sebelum dan sesudah memasuki masa kehamilan. Hasil riset menunjukkan 56% perempuan dengan asupan kalori tertinggi sekitar masa kehamilan melahirkan bayi laki-laki.
Wanita yang melahirkan bayi laki-laki cenderung memakan jumlah serta varian yang lebih banyak dari jenis nutrisi yang mengandung potassiu kalsium, vitamin C, vitamin E dan vitamin  B12.   Merekapun mengkonsumsi sereal ketika sarapan pagi.
Hal tersebut menerangkan mengapa dalam 40 tahun terakhir ada penurunan konsisten, meski jumlahnya kecil proporsi bayi laki-laki dari sekitar 1006 kelahiran, khususnya di negara industri.
Penelitian sebelumnya mengindikasikan penurunan rata-rata asupan kalori di negara maju, serta adanya bukti bahwa kini banyak orang yang menunda atau melupakan sarapan.
Para ahlipun telah mengetahui pada banyak species binatang misalnya kuda atau sapi anak-anak berkelamin jantan akan banyak dilahirkan ketika sang induk tercukupi makanannya.
Pada riset tentang bayi tabung diungkapkan bahwa kadar tinggi glukossa dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan embrio laki-laki.


C. Faktor-faktor yang menentukan jenis kelamin bayi

 1.  Faktor makanan
     a.  Jika menginginkan seorang bayi perempuan
Suami harus makan makanan yang banyak mengandung alkaline, mineral kalsium dan magnesium, sedangkan isteri banyak makan makanan yang mengandung asam, mineral kalium dan natrium
b. Jika menginginkan bayi laki-laki
Suami harus banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung asam, mineral, dan magnesium. Sedangkan isteri harus banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandungalkaline, mineral kalsium dan magnesium

 2.  Faktor waktu (kapan berhubungan)
     a.  Jika menginginkan seorang bayi perempuan
Lakukan coitus (senggama) 2-3 hari sebelum ovulasi (masa subur). Dengan demikian, hanya kromosom X yang lebih bertahan lama sampai menunggu sel telur terlepas dari ovarium. Ovulasi adalah saat terlepasnya sel telur dari indung telur dalam rahim.
 b. Jika menginginkan bayi laki-laki
Waktu berhubungan dilakukan sedekat mungkin dengan ovulasi, sebaiknya tepat pada ovulasi, berkisar 12 jam sebelumnya
 Bagaimana mengetahui periode masa haid? Pada saat temperatur atau suhu tubuh meningkat. Anda bisa menggunakan alat pengukur suhu tubuh dan mencatatnya sebagai record dan alatnya dapat dibeli di apotek-apotek.

3.  Faktor  Penetrasi
     a.  Jika menginginkan seorang bayi perempuan
Suami harus menghindari penetrasi terlalu dalam pada saat berhubungan. Sehingga diharapkan sel sperma kromosom X saja yang berkesempatan tetap hidup dan terus berenang menuju sel telur.
b. Jika menginginkan bayi laki-laki
Suami disarankan untuk melakukan penetrasi dalam pada saat berhubungan, sehingga sebagian besar dari sperma Y langsung masuk ke rahim.

 4. Faktor Orgasme
a. Jika menginginkan seorang bayi perempuan
Usahakan istri tidak mencapai orgasme selama berhubungan. Secresi cairan yang keluar dari kemaluan wanita akan menjadi alkaline (basa) jika terangsang, hal ini akan mendorong aktifitas spermatozoa Y.
b. Jika menginginkan bayi laki-laki
Upayakan istri dapat orgasme lebih awal dari suami atau bersamaan.

5. Faktor persiapan istri
a. Jika menginginkan seorang bayi perempuan
Sebelum coitus, basuh vagina dengan dua sendok makan larutan white vinegar/cuka yang sudah dicampur dalam satu liter air bersih. Hal ini dilakukan agar kondisinya menjadi asam sehingga aktifitas spermatozoon Y menurun.
b. Jika menginginkan bayi laki-laki
Cuci vagina dengan larutan dari dua sendok soda kue yang sudah dicampur dalam satu liter air bersih, sehingga suasana menjadi basa.

6. Faktor posisi
a. Jika menginginkan seorang bayi perempuan
Disarankan posisi waktu berhubungan adalah yang klasik/berhadapan yaitu, posisi istri di atas suami sehingga sperma tertampung di sekitar mulut rahim.
b. Jika menginginkan bayi laki-laki
Posisi suami pada waktu berhubungan berada diatas istri. Hal ini mengikuti sifat dari spermatozoon Y akan cepat menuju sasaran (sel telur).


D. Kesimpulan
Sarapan dengan makanan bervariasi dan kalori yang cukup dapat membantu mendapatkan janin laki-laki, selain itu faktor makanan saat berhubungan, kedalaman penetrasi, pencapaian orgasme, posisi hubungan seks dan persiapan istri dapat dipakai sebagai upaya untuk mendapatkan jenis kelamin yang diinginkan.


E. Kepustakaan 
  1. C. Robert. Baur K. Our Sexuality. Thomson – Wadsworth USA, 2005
  2. O.Reilly. Bottom Ly C. Pocket Essential of Obstetrics & Gynecology, Elsevier Saunders, London, 2005.
  3. Rees M. Hope S. Problem Solving in Women’s Health, Clinical Publishing – Oxford, USA, 2008.
  4. Sumber lain : Internet