KONTRASEPSI DENGAN AKDR
(Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Sejarah
Memasukkan benda-benda atau
alat-alat ke dalam uterus untuk tujuan mencegah terjadinya kehamilan, telah
dikenal sejak zaman dahulu kala. Penggembala-penggembala unta bangsa Arab dan Turki beradab lamanya
melakukan cara ini dengan memasukkan batu kecil yang bulat dan licin ke dalam
alat genital unta mereka, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan
dalam perjalanan jauh. Tulisan ilmiah tentang AKDR untuk pertama kali dibuat
oleh Richter dari polandia pada tahun 1909. Pada waktu itu ia mempergunakan
bahan yang dibuat dari benang sutera. Granvenberg pada tahun 1928 melaporkan
pengalamannya dengan AKDR yang dibuat dari benang sutera yang dipilin dan
diikat satu sama lain, sehingga berbentuk bintang bersegi enam. Kemudian, bahan
pengikatnya ditukar dengan benang perak yang halus agar dapat dengan mudah dikenali
dengan sonde uterus atau dengan sinar roentgen. Oleh karena AKDR bentuk segi
enam ini mudah sekali keluar, maka kemudian ia membuatnya dalam bentuk cincin
dari perak. Ia melaporkan angka kehamilan pada AKDR dari cincin perak ini hanya
1,6% diantara 2000 kasus. Usaha-usaha Gravenberg ini banyak sekali mendapat
tantangan dari dunia kedokteran pada waktu itu, oleh karena dianggap memasukkan
benda asing ke dalam rongga uterus dapat menimbulkan infeksi berat, seperti
salpingitis, endometritis, parametritis, dan lain-lain.
Ota dari jepang pada tahun 1934
untuk pertama kalinya membuat AKDRdari plastic yang berbentuk cincin. Mula-mula
ia membuat AKDR dari cincin yang dibuat dari benang sutera yang dipilin,
kemudian dari logam yang mudah dibengkok-bengkokkan. Oleh karena sukar memasang
cincin logam ini, maka ia kemudian membuat cincin dari plastic.
Oppenheimer dari Israel dan Ishihama
dari jepang pada tahun 1959 menerbitkan tulisan-tulisan tentang pengalaman
mereka dengan AKDR. Sejak tulisan-tulisan itu dan dengan ditemukannya
antibiotika yang mengecilkan risiko infeksi, penerimaan AKDR makin meningkat,
antara tahun 1955 dan 1964 bermacam-macam bentuk AKDR diciptakan, antara lain
Margullies spiral, Zipper, Lippes loop, Birnberg bow, cincin Hall-Stone. Di
Indonesia AKDR telah dipergunakan secara umum dalam program keluarga berencana,
AKDR yang mula-mula dipakai ialah jenis Lippes loop, yang pada waktu itu di
sponsori oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).
Pada tahun enam puluhan mulai
dilakukan penyelidikan terhadap AKDR yang mengandung bahan-bahan seperti
tembaga, seng, magnesium, timah, progesterone, dan lain-lain. Maksud penambahan
itu ialah untuk mempertinggi efektivitas AKDR. Penyelidikan AKDR jenis ini,
yang diberi nama AKDR bioaktif, sampai sekarang masih berlangsung terus.
Mekanisme kerja AKDR
Sampai sekarang mekanisme kerja AKDR
belum diketahui dengan pasti. Kini pendapat yang terbanyak ialah bahwa AKDR dalam
kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan
sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma. Pada
pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali dijumpai pula sel-sel
makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa.
Kar dan kawan-kawan selanjutnya
menemukan sifat-sifat dan isi cairan uterus mengalami perubahan-perubahan pada
pemakai AKDR, yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam uterus, walaupun sebelumnya
terjadi nidasi. Penyelidik-penyelidik lain menemukan sering adanya kontraksi
uterus pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi nidasi. Diduga ini disebabkan
oleh meningkatnya kadar prostaglandin dalam uterus pada tersebut.
Pada AKDR bioaktif mekanisme
kerjanya selain menimbulkan peradangan seperti pada AKDR biasa, juga oleh
karena ion logam atau bahan lain yang melarut dari AKDR mempunyai pengaruh
terhadap sperma. Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif adalah ion
logam tembaga (Cu), pengaruh AKDR bioaktif dengan berkurangnya konsentrasi
logam makin lama makin berkurang. Secara singkat cara kerjanya,
·
Menghambat
kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
·
Mempengaruhi
fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
·
AKDR
bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma
sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk
fertilisasi.
Jenis-jenis AKDR
Sampai sekarang telah terdapat
berpuluh-puluh jenis AKDR, yang paling banyak digunakan dalam program keluarga
berencana di Indonesia ialah AKDR jenis Lippes loop. AKDR dapat dibagi dalam
bentuk yang terbuka linear dan bentuk tertutup sebagai cincin. Yang termasuk
dalam golongan bentuk terbuka dan linear antara lain adalah Lippes loop,
Saf-T-coil, multiload 250, Cu-7, Cu-T, Cu T 380 A, Spring coil, Margulies
spiral dan lain-lai, sedang yang termasuk dalam golongan bentuk tertutup dengan
bentuk dasar cincin antara lain adalah Ota ring, Antigon F, Ragab ring, cincin
Gravenberg, cincin Hall-Stone, Birnberg bow, dan lain-lain.
Keterangan : a. Lippes-Loop, b. Saf-T-Coil, c.
Dana-Super, d. Copper-T (Gyne-T), e. Copper-7 (Gravigard), f. Multiload, g.
Progesterone IUD
Jenis – jenis AKDR (IUD)
1. Menurut bentuknya AKDR (IUD)
dibagi menjadi:
·
Bentuk
terbuka (open device), misalnya Lippes Loop,Cupper-T, Cupper-7,Margulies,
Spring Coil, Multiload, Nova-T, dan lain-lain.
·
Bentuk
tertutup (closed device), misalnya Ota Ring, Antigon, Grafenberg ring,Hall-stone
ring, dan lain-lain.
2. Menurut tambahan obat atau metal
IUD dibagi menjadi:
·
Medicated
IUD, misalnya Cupper-T-200, Cupper-T-220, Cupper-T-300, Cupper-T-380A,
Cupper-7, nova-T, ML-Cu 250, , ML-Cu 375, dan lain-lain.
·
Unmedicated
IUD, misalnya Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon, dan lain-lain.
a. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan
polyethelene di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga
halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan)
yang cukup baik. IUD bentuk T yang baru. IUD ini melepaskan lenovorgegestrel
dengan konsentrasi yang rendah selama minimal lima tahun. Dari hasil penelitian
menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan yang tidak
direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini adalah tambahan
terjadinya efek samping hormonal dan amenorhea.
b. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan
maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang
vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas
permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada
jenis Copper-T.
c. Multi Load
IUD ini terbuat dari dari plastik
(polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel.
Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat
tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas.
Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.
d. Lippes Loop
IUD ini terbuat dari bahan
polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk meudahkan
kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang
berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang
biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning),
dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka
kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah
bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab
terbuat dari bahan plastik. Yang banyak dipergunakan dalam program KB masional
adalah IUD jenis ini.
Efektifitas
IUD sangat efektif, (efektivitasnya
92-94%) dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Tipe Multiload
dapat dipakai sampai 4 tahun. Nova T dan Copper T 200 (CuT-200) dapat dipakai
3-5 tahun. Cu T 380A dapat untuk 8 tahun . Kegagalan rata-rata 0.8 kehamilan
per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.
Indikasi
Prinsip pemasangan adalah
menempatkan IUD setinggi mungkin dalam rongga rahim (cavum uteri). Saat
pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut peranakan masih terbuka dan
rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada akhir
haid. Yang boleh menggunakan IUD adalah:
·
Usia
reproduktif
·
Keadaan
nulipara
·
Menginginkan
menggunakan kontrasepsi jangka panjang
·
Perempuan
menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
·
Setelah
melahirkan dan tidak menyusu
·
Setelah
mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi• Risiko rendah dari IMS
·
Tidak
menghendaki metoda hormonal
·
Tidak
menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
·
Tidak
menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
·
Perokok
·
Gemuk
ataupun kurus
Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh
dokter atau bidan yang telah dilatih secara khusus. Pemeriksaan secara berkala
harus dilakukan setelah pemasangan satu minggu, lalu setiap bulan selama tiga
bulan berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali.
Kontra indikasi
Yang tidak diperkenankan menggunakan
IUD adalah
1. Belum pernah melahirkan
2. Adanya perkiraan hamil
3. Kelainan alat kandungan bagian dalam
seperti: perdarahan yang tidak normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher
rahim, dan kanker rahim.
4. Perdarahan vagina yang tidak
diketahui
5. Sedang menderita infeksi alat
genital (vaginitis, servisitis)
6. Tiga bulan terakhir sedang mengalami
atau sering menderita PRP atau abortus septic.
7. Kelainan bawaan uterus yang abnormal
atau tumor jinak rahim yangdapat mempengaruhi kavum uteri.
8. Penyakit trofoblas yang ganas.
9. Diketahui menderita TBC pelvic.
10. Kanker alat genital
11. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
Keuntungan
Menurut Dr David Grimes dari Family
Health International di Chapel Hill, Carolina Utara, seperti dikutip News
yahoo, dokter sering kali melupakan manfaat IUD dalam pengobatan endometriosis.
Laporan tersebut diungkapkan dalam pertemuan di The American College of
Obstetricians and Gynecologist, New Orleans. David mengatakan, IUD mampu
mengurangi risiko kanker endometrium hingga 40 persen. Perlindungan terhadap
kanker ini setara dengan menggunakan alat kontrasepsi secara oral.
Ø Sangat efektif. 0,6 – 0,8
kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170
kehamilan). Pencegah kehamilan jangka panjang yang AMPUH, paling tidak 10 tahun
Ø IUD dapat efektif segera setelah
pemasangan
Ø Metode jangka panjang (10 tahun
proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)
Ø Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
Hubungan intim jadi lebih nyaman karena rasa aman terhadap risiko kehamilan
Ø Tidak ada efek samping hormonal
dengan CuT-380A
Ø Tidak mempengaruhi kualitas dan
volume ASI. Aman untuk ibu menyusui – tidak mengganggu kualitas dan kuantitas
ASI
Ø Dapat dipasang segera setelah
melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
Ø Dapat digunakan sampai menopause
Ø Tidak ada interaksi dengan obat-obat
Ø Membantu mencegah kehamilan ektopik
Ø Setelah IUD dikeluarkan, bisa
langsung subur
Kerugian
Setelah pemasangan, beberapa ibu
mungkin mengeluh merasa nyeri dibagian perut dan pendarahan sedikit-sedikit
(spoting). Ini bisa berjalan selama 3 bulan setelah pemasangan. Tapi tidak
perlu dirisaukan benar, karena biasanya setelah itu keluhan akan hilang dengan
sendrinya. Tetapi apabila setelah 3 bulan keluhan masih berlanjut, dianjurkan
untuk memeriksanya ke dokter. Pada saat pemasangan, sebaiknya ibu tidak terlalu
tegang, karena ini juga bisa menimbulkan rasa nyeri dibagian perut. Dan harus
segera ke klinik jika:
ü Mengalami keterlambatan haid yang
disertai tanda-tanda kehamilan: mual, pusing, muntah-muntah.
ü Terjadi pendarahan yang lebih banyak
(lebih hebat) dari haid biasa.
ü Terdapat tanda-tanda infeksi,
semisal keputihan, suhu badan meningkat, mengigil, dan lain sebagainya.
ü Pendeknya jika ibu merasa tidak
sehat.
ü Sakit, misalnya diperut, pada saat
melakukan senggama. Segeralah pergi kedokter jika anda menemukan gejala-gejala diatas.
Efek Samping dan Komplikasi
ü Efek samping umum terjadi:
perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi,
saat haid lebih sakit.
ü Komplikasi lain: merasa sakit dan
kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu
haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding
uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
ü Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
ü Tidak baik digunakan pada perempuan
dengan IMS atau yang sering berganti pasangan
ü Penyakit radang panggul terjadi
sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP dapat memicu infertilitas
ü Prosedur medis, termasuk pemeriksaan
pelvik diperlukan dalam pemasangan IUD
ü Sedikit nyeri dan perdarahan
(spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1 –
2 hari
ü Klien tidak dapat melepas IUD oleh
dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas
ü Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa
diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan)
ü Tidak mencegah terjadinya kehamilan
ektopik karena fungsi IUD mencegah kehamilan normal
ü Perempuan harus memeriksa posisi
benang IUD dari waktu ke waktu.
Waktu Pemasangan
Pemasangan IUD sebaiknya dilakukan pada saat:
ü 2 sampai 4 hari setelah melahirkan
ü 40 hari setelah melahirkan
ü Setelah terjadinya keguguran
ü Hari ke 3 haid sampai hari ke 10 dihitung
dari hari pertama haid
ü Menggantikan metode KB lainnya
Waktu Pemakai Memeriksakan Diri
ü 1 bulan pasca pemasangan
ü 3 bulan kemudian
ü Setiap 6 bulan berikutnya
ü Bila terlambat haid 1 minggu
ü Perdarahan banyak atau keluhan
istimewa lainnya
Gambar
AKDR (IUD) :